Secara umum, terdapat 2 jenis kapasitor yang beredar di pasaran: kapasitor minyak dan kapasitor kering. Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa perbedaan antara keduanya hanya pada jenis media pendingin yang digunakan. Yakni, pada tipe minyak biasanya menggunakan minyak dan pada tipe kering biasanya menggunakan zat padat seperti resin. Pada kenyataannya, perbedaan antara keduanya berjalan jauh lebih dari sekedar perbedaan media pendingin.

Elemen kapasitor terdiri dari dielektrik yang diapit oleh elektroda di kedua sisinya. Dalam industri produksi masal, ketidaksempurnaan pada produk adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Proses pembuatan elemen kapasitor pun tidak luput dari hukum produksi tersebut. Dalam proses pelapisan elektroda pada dielektrik, pasti terdapat ketidaksempurnaan dalam bentuk adanya gelembung udara yang terperangkap antara elektroda dan dielektrik. Rongga-rongga udara tersebut merupakan tempat yang sangat rentan akan peristiwa partial discharge (corona). Setiap kali partial discharge terjadi, dielektrik akan mengalami kerusakan demi kerusakan sehingga akhirnya tidak lagi mampu berfungsi sebagai mana mestinya. Ketika ini terjadi, maka kapasitor sudah kehilangan fungsinya/rusak.

Di sinilah di mana minyak berperan penting sebagai bagian yang krusial dalam memperpanjang usia kapasitor. Minyak merupakan benda cair yang cukup kental sehingga memungkinkan penetrasi ke seluruh elemen kapasitor termasuk ke dalam rongga-rongga udara tersebut. Hasilnya, tidak ada lagi rongga udara dan tempat yang memudahkan terjadinya partial discharge. Rendahnya insidensi partial discharge merupakan alasan utama mengapa kapasitor minyak memiliki lifetime yang lebih panjang dibandingkan kapasitor kering dengan rating yang sama.

Faktor kedua yang memperpanjang usia kapasitor adalah mekanisme pembuangan panas yang mendukung kapasitor minyak. Pada kapasitor tipe kering, media pendingin berupa zat padat hanya menghantarkan panas secara konduksi dari elemen kapasitor ke tempat yang lebih rendah suhunya. Konduksi adalah perpindahan panas berdasarkan gradien temperatur. Sehingga pada hukumnya, daerah yang lebih dekat dengan kapasitor pasti selalu lebih panas dan ini merupakan mekanisme pembuangan panas yang tidak efisien.

Pada kapasitor tipe minyak, media pendingin berupa zat cair sehingga perpindahan panas tidak hanya berdasarkan konduksi semata, namun juga didukung oleh konveksi (pergerakan cairan akibat perbedaan suhu). Hasilnya adalah mekanisme pembuangan panas yang lebih merata dan lebih efisien.

Kedua perbedaan tersebut merupakan penjelasan secara teoritis mengapa kapasitor minyak SHIZUKI diakui sebagai yang terbaik dalam segi lifetime dan ketahanan terhadap harmonik. Pembahasan ini diangkat berdasarkan penelitian ilmiah dan publikasi berikut:

  1. Nye, JR & Wilson, WR 1953, ‘Physical Concepts of Corona in Capacitors’, Electrical Engineering, vol. 72, no. 7, pp. 781-787.
  2. Shaw, DG, Cichanowski, SW & Yializis, A 1981, ‘A Changing Capacitor Technology – Failure Mechanisms and Design Innovations’, Electrical Insulation, vol. EI-16, no. 5, pp. 399-413.
  3. Tomago, A, Shimizu, T, Iijima, Y & Yamauchi, I 1977, ‘Development of Oil-Impregnated, All-Polypropylene-Film Capacitor’, Electrical Insulation, vol. EI-12, no. 4, pp. 293-301.